RadarKriminal.id, Jakarta – Hari pertama pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di salah satu sekolah dasar di jakarta berlangsung dengan antusiasme tinggi. Para siswa tampak senang menerima paket makanan berisi nasi, ayam, dan tahu yang dibagikan sejak pagi hari. Namun, pihak sekolah menilai masih perlu dilakukan sejumlah evaluasi, terutama terkait kualitas dan distribusi makanan.
Salah seorang guru yang ditemui di lokasi mengatakan bahwa secara umum pelaksanaan hari pertama berjalan lancar, meski penilaian mendalam terhadap kualitas makanan masih perlu diuji oleh pihak berkompeten.
“Kalau kualitas kan harus diuji oleh yang paham ya, saya hanya menilai secara kasat mata saja. Secara pengamatan, hari pertama ini cukup baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini sebagian ruang kelas di lantai atas sekolah masih dalam tahap perbaikan struktur oleh pihak Cipta Karya. Proyek tersebut sudah berlangsung hampir satu bulan, sehingga sebagian area sekolah masih harus steril dan jarang dikontrol secara langsung.
Terkait harapan terhadap program MBG, guru tersebut menekankan tiga hal penting: kualitas gizi, distribusi makanan, dan ketepatan waktu pembagian.
“Nilai gizi yang digadang-gadangkan harus benar-benar dijaga, karena tujuannya untuk perbaikan kesehatan anak. Distribusi juga perlu diperhatikan, jangan sampai pembagian molor hingga siang hari karena bisa berisiko pada kualitas makanan,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa sekolahnya termasuk kategori sekolah kecil di wilayah pinggiran, dengan mayoritas siswa berasal dari sekitar lingkungan sekolah. Saat ini, jumlah paket makanan yang dikirim setiap hari sekitar 400 porsi, disesuaikan dengan jumlah siswa yang terdata hadir.
“Kalau ada siswa yang tidak masuk, kami diminta melapor. Tapi karena makanan dikirim pukul 07.00 pagi, kadang belum terdeteksi siapa yang absen, jadi ya dikirim 400 saja setiap hari,” ujarnya menambahkan.
Meski program ini dinilai baik dari sisi niat pemerintah untuk meningkatkan gizi anak sekolah, beberapa guru masih menilai pelaksanaannya perlu penyesuaian. Ia menilai, baik pemberian makanan bergizi maupun bantuan uang tunai memiliki kelebihan dan risiko masing-masing.
“Kalau secara nilai, makanan yang diberikan ini jelas lebih dari Rp10.000. Tapi kalau dilihat dari sisi efektif dan tanggung jawab, mungkin uang lebih praktis. Namun, secara tujuan kesehatan anak, tentu program makanan bergizi lebih baik,” pungkasnya.
Program Makan Bergizi Gratis ini merupakan salah satu inisiatif pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi bagi pelajar di sekolah-sekolah dasar, terutama di wilayah pinggiran dan marjinal. Pelaksanaan hari pertama diharapkan menjadi evaluasi awal bagi penyempurnaan program ke depan.
Supriyadi